Doktor
Doktor berasal dari akar kata yang sama dengan doktrin yang berarti mengajar (Shulman, 1986 dalam those who understand: knowledge growth teaching)
Orang yang kuliah S3, terlepas mau masuk ke akademia atau tidak, maka setelah lulus seharusnya mengajar, menyebarkan ilmunya kembali. Nyebarkan ilmu kembali gak melulu harus di kelas. Menulis pun termasuk bagian penyebaran ilmu. Itu kenapa para doktor dituntut untuk terus menulis karya ilmiah, termasuk artikel jurnal.
Menulis artikel jurnal bukan tentang punya sitasi tinggi, atau jadi modal biar dapat hibah dikti. Tembus scopus Q1/ Q2 bukan buat gaya gayaan untuk pamer ke rekan sejawatnya, tapi jurnal quartile tinggi itu UMUMNYA lebih sering diakses daripada jurnal rangking rendah, dan memang seharusnya orang yang dianggap sudah punya ilmu tinggi sudah seharusnya menyebarkan pemahamannya yang terus berkembang itu.
Juga, seoraang doktor saat wafat maka gelar+ijazah+sitasi+hibah proyek tidak akan begitu (sama sekali) berguna, kecuali ilmu yang disebarkannya. Yang amalnya akan terus mengalir.
-Status buat diri sendiri biar rajin nulis
NB: Foto hanya untuk pencitraan, dan gak ada hubungan sama cerita. Toh saya belum jadi doktor
YouTube: youtube.com/c/AnggaHidayat
LinkedIn: linkedin.com/in/angga-hidayat-1203
Facebook: Angga Hidayat
Instagram: instagram.com/angga1203_hidayat/
Website: anggahidayat.com
Comments
Post a Comment