ULTRA RICH
Beberapa malam yang lalu, teman yang berasal dari salah satu negara ultra rich bilang kalau doi nggak pernah naik bus dan nggak ngerti sama sekali cara kerja naik bus itu bagaimana.
Saat saya mendengarkan ya menurut saya wajar saja karena doi berasal dari negara yang banyak penduduk di negaranya pakai super car.
Saat jalan-jalan ke luar negeri, doi juga nggak nyobain bus negara setempat. Wajar juga, mana level orang super kaya jalan jalannya nyobain bus 🙂
Saya jadi inget, bertahun-tahun silam saat busway masih baru ada dan saat saya masih jadi kuli di Jakarta. Ada wanita, sepertinya orang kaya, mau naik busway tapi wanita ini malah nyoba nyari pintu masuk terminal busway dari tengah jalan. Wanita ini nggak tahu cara naik busway dan wanita ini nggak nanya ke orang di sekitar. Saya yang ngeliat dari jauh nggak bisa ngasih tau wanita ini.
Beberapa orang, yang juga kuli seperti saya, bukannya ngebantuin malah nyorakin wanita ini. Mereka ngatain kalau wanita ini norak.
"Loh kok norak?" pikir saya. Menurut saya wajar aja. Tampilan wanita tersebut terlihat adalah tampilan orang kaya, dan sistem busway belum lama ada. Kasusnya mirip mirip dengan pengalaman temen saya yang dari negara ultra rich tersebut.
Sering kali kita, mau kaya kek atau miskin kek, gampang aja ngejudge orang lain. Alih-alih berbicara dengan kalimat baik dan support orang lain, kita lebih suka ngomongin orang dengan kalimat negatif. Efeknya, kita jadi gampang minderan dan nggak berani nyoba hal-hal baru karena takut salah dan takut jadi pembicaraan orang. Bahkan, saya sering lihat anak-anak yang bercita-cita kuliah ke luar negeri dan sangat berpotensi tapi nggak mau apply beasiswa ke luar negeri karena minder dengan dirinya.
Sering kali kita ngebunuh mimpi seorang anak dengan kalimat simple (negatif) yang kita anggap biasa saja untuk diucapkan
#beasiswa #kuliahgratis #kuliahluarnegeri #beasiswalpdp #beasiswafulbright #fulbrightindonesia #beasiswaamerika #phdlife #phdstudent #beasiswakuliah
Comments
Post a Comment