Posts

Showing posts from December, 2021

Polyglot dan Hanphone

Dulu, saat masih mahasiswa S1, saya sering kagum banget sama orang orang luar biasa  cerdas, tapi makin nambah umur saya jadi sadar bahwa ternyata orang orang yang mengagumkan adalah orang-orang yang dapat memperlakukan orang lain dengan baik walaupun orang lain tersebut tidak lebih cerdas, tidak lebih kaya, dan tidak lebih lainnya dari dirinya Kemarin sehabis nganterin temen ambil kartu mahasiswa di gedung student union, diajak makan siang oleh temennya temen. Karena belum dapat izin nulis nulis nama mereka, maka sebut saja temen saya adalah Arif dan temennya temen saya ini adalah Budi. Ternyata Budi akan jadi temen sekelas saya nanti di spring 2022. Menakjubkannya, ternyata Budi adalah seorang polyglot yang menguasai 11 bahasa, mulai dari bahasa Jerman hingga bahasa Persia. Luar biasa ! Namun, yang menjadi lebih luar biasa adalah saat sedang di meja makan, Budi dengan sangat balance nya bolak-balik lihat saya dan teman. Saya sering lihat orang yang bisa dengan mudah membagi perhatia

TUGAS KITA BUKAN UNTUK BERHASIL

Image
Saya tau ini akan menjadi screenshot dan status saya paling norak, tapi berbagi ilmu yang didapatkan dari orang-orang hebat yang saya temui adalah sesuatu yang selalu menyenangkan. Awal saya datang ke USA adalah sangat excited. Impian zaman SMA terwujud. tapi saat sudah masuk kelas, dan.. ya memang saya paham bahwa saya akan bertemu dengan orang-orang hebat , tapi saat benar-benar sudah berada di kelas dan bertemu secara langsung dengan siswa Amerika dan siswa internasional lainnya, saya langsung merasa cemas luar biasa . Cemas akan kemampuan bahasa inggris saya yang masih sangat kacau. Teman-teman siswa internasional lain sungguh sangat luar biasa cerdas dan mereka ngomong bahasa inggris dengan sangat lancar. Di kelas mereka sangat aktif. tunjuk tangan. nyatakan pendapat. Menyanggah atau menambahkan pendapat. Kelas sangat aktif, dan seharusnya menjadi kelas yang sangat menyenangkan. Tapi karena kemampuan berbahasa inggris saya yang masih di bawah rata-rata, saya lebih banyak diam. L

Botol

Image
Kemarin lusa saat sedang makan di salah satu restoran Mesir di pusat kota Columbus, temen komen kalau bawa tempat minum isi ulang itu perlu banget selama di USA. Beda gaya banget sama saat di Indonesia. Saya sendiri termasuk yang selalu bawa botol minum isi ulang kemana-mana sejak di Indonesia sejak masih sekolah. Lantas, saat kuliah s1 saya juga rajin bawa bekel termasuk minumnya. S2 juga begitu. Sekarang saat S3 saya masih sering banget bawa bekel dan minum ke kampus karena malas bolak balik kampus apartemen. botol dari Fulbright sumber: dokumen pribadi Bedanya, saat saya di USA, hampir semua mahasiswa bawa botol isi ulang sendiri. Juga gak sedikit mahasiswa di sini yang bawa bekel ke kampus. Malah mereka bawa bekelnya ditenteng dengan tas khusus. Teman Amerika saya yang tubuhnya sangat berotot karena doi rajin ngegym dan rajin olahraga beladiri sering banget nenteng nenteng tas khusus yang berisi makanan dan berbagai cemilan. Saya belum pernah ngeliat hal ini selama kuliah di Indone

YOU ARE A REAL DOCTOR

Sekitar sebulan lalu saat kami sedang berenang, teman saya dari Ukrania yang sedang ambil program doktoral/ S3 komentar ke teman Amerika saya, "you are a real doctor". Memang teman Amerika saya ini sedang ambil program dokter, dan saat ini sedang koas. Teman Amerika yang lagi koas ini selalu tanya kabar. Memang orang Amerika memang hobi tanya kabar, mereka akan tanya "how are you?" atau kalimat yang sejenis dengan itu. Tapi, teman saya ini nanya kabar dalam level yang berbeda. Walaupun kami ada di jurusan berbeda tapi karena kami sering renang bareng jadi doi tau kondisi bapak saya yang baru pulang dari rumah sakit, tau kalau istri saya akan ke USA, tau stres nya saya belajar di USA karena perbedaan style belajar yang jauh berbeda antara Indonesia-USA. Doi ini setiap kali ketemu selalu nanya tentang keluarga saya. Dan, cara doi ngomong ini bukan kepo yang menyebalkan tapi lebih kepada nunjukin care. Itu kenapa juga saya malah banyak cerita sama doi padahal gak ada n

Burung akan memilih terbang dengan burung yang berwarna sama dengannya

Image
Pada kondisi apa identitasmu turun? Ini adalah pertanyaan dari teman Amerika di salah satu matakuliah. Mereka menempelkan beberapa kertas karton di empat sisi tembok kelas. Lantas, tiap karton berisi beberapa pertanyaan yang kita bisa isi sesuai pendapat kita masing-masing. Style khas belajar di Amerika adalah tidak ada jawaban benar atau salah (kecuali matakuliah eksak). Semua pendapat benar, dan setiap usaha berpendapat selalu dihargai. Salah satu teman Indonesia yang ambil matkul yang sama nulis di karton tersebut, "saat menjadi mayoritas" untuk pertanyaan tersebut. Beberapa saat kemudian, ada teman Indonesia lainnya yang berkomentar, "Bukannya kalau jadi mayoritas malah identitas jadi naik?" Saya dalam hati, "menarik juga, orang yang berasal dari kultur yang sama, tapi berpendapat saling bertolak belakang". Saya mau berbagi pengalaman saya perihal identitas saya yang naik/ turun ini selama di USA. Setelah sekian lama menjadi mayoritas, sebagai Muslim d

Raja

Image
" Hey Angga, what's up?" Kemarin dia nyapa. Kami jarang ketemu. Padahal tinggal satu unit apartemen. Hanya beda kamar. Lantas saya silakan doi duduk. Di kamar saya. Doi ngeliat Al-Quran yang saya letakan di jendela. "Kamu baca Bible?" kursi yang dipake doi duduk. yang ada di kamar saya "Itu kitab suci di agama saya" Doi kemudian cerita perihal apa yang doi tahu tentang agamanya. Juga, saya cerita apa yang saya tahu tentang agama saya. Tentunya, cerita dengan saling menghargai satu sama lain. Kami ngobrol sekitar 1 jam. Biasanya pun kalau ketemu cuma say hello karena perbedaan jam kerja kami berdua. Doi ini adalah roommate saya. Masih muda. Di bawah 30 tahun usianya. Tapi sudah pegang posisi manager area di salah satu perusahaan teknologi paling terkemuka di dunia. Saya pernah nanya, "kamu kan kerja dengan posisi sangat bagus. Buat apa tinggal di apartemen bareng roommate? Kan bisa sewa apartemen sendiri". "Saya cuma butuh apartemen buat