JANGAN TERBALIK
Baru tiga bulan saya LDR an sama istri. Dan ini benar-benar Long Distance Relationship. Long distance nya adalah 16.115 km. Setiap hari saya nelpon istri. Kadang malah sehari dua kali video call. Setiap kali video call bisa menghabiskan waktu 1-2 jam. Saya gak banyak ngomong. Cuma sering komentar semacam "oh ya?", "wow", anggukan kepala, "hmm...". Hal hal singkat yang menunjukan bahwa saya masih mendengarkan dan antusias dengan cerita-cerita dari istri.
Sejatinya, istri saya jauh lebih kompeten dalam hampir segala bidang dibandingkan saya. Istri saya juga bisa menyelesaikan banyak hal tanpa bantuan saya. Malah, saya banyak nanya dan banyak gak ngertinya. Contoh sederhananya, kalau pesen makanan di restoran itu selalu istri saya. Karena saya kampungan jadi gak tau cara mesen makanan di restoran-restoran fancy. Untungnya, saya punya istri yang sebelum nikah sering makan, yang menurut standar saya, di restoran mahal. Juga, saat saya mau terbang ke amerika serikat. Saya belum pernah naik pesawat sama sekali sebelumnya. Lantas, saya nanya hal-hal detail gimana cara naik pesawat sama istri. Untungnya, istri gak katro kayak saya. waktu masih kerja dulu, istri rata-rata naik pesawat 1 bulan sekali.
ngezoom bareng istri
sumber: dokumen pribadi
Gak tau cara mesen makanan di restoran, dan gak pernah naik pesawat mungkin dianggap memalukan, tapi ya saya bodo amat nulis kaya gini di medsos. Ibu saya selalu ngajarin: "selama gak buat dosa, kenapa harus malu". Juga sepertinya ini efek dulu sering dibully jadi sekarang saya selama tidak merugikan orang lain ya bodo amat sama apa yang orang lain bilang. Allah memang selalu ngasih treatment yang pas untuk setiap orang.
Kembali ke cerita awal. Istri saya itu anak pertama dan sangat mandiri. Juga gak pernah ngeluh sama orang lain. Tapi setahu saya, semandiri-mandirinya seorang wanita, tetap aja butuh orang lain untuk cerita. Ya jadinya, setiap kali saya nelpon saya memang jarang ngomong. Sesi nelpon adalah untuk dengarkan keluh kesah istri di hari tersebut. Apa yang dialami doi seharian. Karena wanita butuh ngeluarin kata-kata jauh lebih banyak dari pria, maka baiknya saat istri mau ngomong ya dengarkan saja. Seringnya, hanya dengan mendengarkan udah lebih dari cukup. Kalau butuh saran ya tinggal beri saran. Tindakan kita adalah menyesuaikan peran kita. Kalau terbalik dan tidak bertindak sebagaimana seharusnya ya ini yang bikin kacau. Jangan malah suami yang banyak omong dan istri malah disuruh gak boleh banyak ngomong. Ntar yang ada malah istri curhat sama laki laki lain.
Hal lain yang saya pelajari selama berumah tangga adalah suami harus tetap menjadi suami. Jangan malah suami menjadi istri. Begitupun sebaliknya. Suami tugasnya adalah menafkahi istri. Membahagiakan istri. Hal ini yang dijadikan pegangan oleh suami. Lalu Tugas istri adalah taat sama suami. Hal ini yang jadi pedoman istri. Jangan sampe dibalik: suami selalu berpatokan bahwa istri harus taat sama suami. Lantas, istri selalu beragumen bahwa suami harus membahhagiakan istri. Efeknya, Suami minta nyuruh nyuruh mulu sama istri sampe istri kecapekan dengan dalih istri harus selalu taat sama suami. Istri juga minta ini itu diluar kesanggupan suami dengan dalih suami harus selalu membahagiakan istri. Bisa berantem tiap hari kalo kebalik gini dasar tindakannya.
Contoh lainnya adalah hubungan orang tua-anak. Sungguh, tinggal sama orang tua apalagi sambil merawat orang tua yang lagi sakit itu benar-benar challenging. Semakin tambah umur orang tua, semakin challenging merawat mereka. Kemauannya kadang dianggap anak buat ribet. Makanya wajar banget biasanya anak-anak yang berbakti sama orang tua itu bakal dikasih apa yang dia mau sama Allah.
Sebagai anak maka harus berpedoman bahwa anak harus berbakti sama orang tua. Kalau kita nya jadi orang tua maka harus berpendapat bahwa kita harus sayang anak. Jangan kebalik. Kalo anak beragumen bahwa orang tua harus sayang sama anak maka tindakan orang ttua akan selalu salah dimata anak. Apalagi kalo anak tersebut udah ngerasa pinter nyari duit. Apalagi kalo anak tersebut "ngasih makan" orang tua mereka yang udah sepuuh. Bakalan jadi anak yang belagu kalo salah ngambil landasan tindakan gini. Tempatkan kita sesuai posisi kita. Kalau kebalik ya bisa berabe.
Contoh populer lain adalah perihal pernikahan. Calon istri harusnya berpendapat bahwa sebaik baiknya istri adalah yang paling murah maharnya. Pendapat ini harusnya dipegang oleh istri. Sedangkan calon suami harusnya berpendapat bahwa suami harus memberi mahar terbaik sperti permintaan istri. Kalau istrinya minta emas 50gram misalnya, ya tinggal turuti. jangan sampai terbalik, calon suami malah selalu pegang dalil "kamu kalau mau jadi istri soolehah harus memberi mahar paling murah!". Loh ini salah tempat. Pria harus menggunakan dalil untuk pria. Begitupun wanita harus mengggunakan dalil untuk wanita. Jangan terbalik
Semua dasar/dalil/pedoman tersebut benar asal dipakai sesuai posisinya. Jangan ketukar.
Loh kok saya malah nulis sok sok an gini kaya orang bener aja.,:) entahlah, udah harus jadwal nulis tapi pas buka fb nggak tau mau nulis apa. ujug ujug tangan nulis perihal nasihat begini. Ini cuma tulisan sok tau saja, tapi semoga saya bisa belajar dari tulisan saya sendiri.
-Angga Hidayat
Waahh terimakasihh bapak sangatt membantu sekali untk menambah wawasan kehidupan berumahtangga
ReplyDeleteterima kasih adha atas apresiasinya
Delete