Angga Hidayat, S.Pd. (Cand)

Saat nikah, saya dan istri sepakat untuk tidak pakai gelar akademik di undangan. Kami pikir tidak relevan antara nikah dan nulis gelar di undangan pernikahan. Entah ada berapa ratus ribu, atau malah jutaan rakyat Indonesia, yang bergelar magister. Menjadi satu dari sekian juta, saya pikir, nggak ada yg spesial.

gelar pak haji
sumber: https://www.kompasiana.com/faifadli/57e3cb68b79373d31423551d/gelar-haji-titel-agama-atau-titel-dari-masyarakat

Juga, saya sering nggak nulis gelar di lembar lembar soal ujian. Sering mahasiswa nanya saat ujian, "Bapak gelarnya apa?". Saya jawab, " Tulis saja nama saya. Tidak perlu pakai gelar. Pun tidak nulis nama saya juga gak apa. Yang penting ada namamu di lembar jawaban biar saya tahu kertas itu punya siapa saat koreksi".
Dosen pembimbing saya di Amerika pun bahkan gak mau dipanggil profesor atau doktor. Beliau lebih suka saya panggil namanya langsung. Itu pun bukan nama depan, tapi nama kecilnya. Nama dosen pembimbing saya adalah Theodore. Tapi beliau minta saya panggil beliau Teddy. Nama kecilnya. Setiap dari kita biasanya punya panggilan tertentu kan saat masih kecil.
Fenomena mahasiswa program doktor yang sudah nulis kan gelar nya entah di baliho pinggir jalan atau flyer webinar lagi marak banget. Dr (cand) x. Saya pribadi tidak akan pakai style seperti itu karena dari dulu saya tidak suka nulis nulis nama disertai gelar kecuali untuk urusan lamar pekerjaan, apply beasiswa, dan urusan lain yang memang harus nulis gelar.
Tapi saya pribadi nggak ada masalah dengan mahasiswa mahasiswa doktor yang belum lulus tapi sudah nulis gelarnya. Setiap orang punya pertimbangan masing-masing. Yang penting, menurut saya, adalah bermanfaat buat orang lain. Selama mahasiswa doktor tersebut berkontribusi buat masyarakat ya bebas saja nambahkan Dr (C) sebelum namanya. Bukan urusan saya juga mengkritik hal yg memang seharusnya tidak perlu dikritik. Toh mahasiswa S3 tersebut bisa jadi lebih bermanfaat dari saya.
Cuma saya bertanya tanya, kalau mahasiswa doktor yang sudah selesai ujian kandidasi, yang umumnya adalah dosen, membiasakan diri nulis namanya dengan gelar Dr (Cand), maka tentunya boleh kan mahasiswa S1 yang sudah ujian proposal, misalnya, untuk gunakan gelar seperti Angga Hidayat, S.Pd (Cand)? Murid tentunya ngikuti tindakan guru kan. Juga untuk asas keadilan.
Note: saya nulis contoh saya gak nulis gelar di kartu undangan, bukan berarti saya bilang nulis nama+gelar di undangan adalah hal jelek. Toh sudah resmi bergelar, mau dipakai ya gak apa apa banget. Sesuai tradisi di Indonesia juga. Umumnya, mereka pakai itu, mungkin, karena mau berbakti pada ortu agar ortu bangga dg kerja keras anaknya.

Oleh
Angga Hidayat

Comments

Popular posts from this blog

Jangan pernah merasa lebih pintar dari orang yang menyuapimu makan

ETIKA

JANGAN TERBALIK