Ringkasan Artikel "Beyond Love: A Critical Race Ethnography of the Schooling of Adolescent Black Males" Oleh Garrett Albert Duncan
Isu rasis memang sedang sangat hangat dibicarakan di Amerika Serikat. Bukan hanya di televisi tetapi juga di artikel-artikel ilmiah perguruan tinggi. Artikel yang ditulis oleh Duncan ini, jelas sesuai judulnya, membicarakan isu rasis, khususnya siswa laki-laki Africa-America. Lebih lanjut, teori yang digunakan adalah jelas critical race theory (CRT).
Metode yang digunakan adalah pendekatan dalam penelitian ini adalah etnografi. Hal ini jelas karena etnografi ditulis menjadi judul penelitian. Etnografi digunakan untuk mengetahui cerita-cerita yang dialami oleh para siswa kulit hitam saat mereka mendapatkan pengucilan di tempat penelitian. Penelitian ini dilakukan di City High School (CHS) yang berlokasi di wilayah Midwest US (Duncan, 2002, p. 131).
Teori ini penting diangkat karena Irin Marion Young pada 1992 menyatakan bahwa marginalisasi adalah bentuk paling berbahaya dari penindasan (Duncan, 2002, p. 132). Di dalam artikel ini, Duncan membahas banyak perihal perilaku marginasilasi yang diterima oleh siswa-siswa Africa-America. Hal ini terus berlarut karena sebagian besar masyarakat menganggap bahwa marginalisasi adalah hal yang biasa terjadi dan ini terjadi karena kelompok mayoritas menganggap kelompok minoritas melakukan kesalahan secara berulang kali (Duncan, 2002, p. 132).
Lebih lanjut, pengalaman marginalisasi yang dialami siswa Afrika-Amerika ini diceritakan pada Duncan saat ia melakukan penelitiannya. Sebagai contoh, salah satu siswa hendak mengikuti seleksi olimpiade matematika, tetapi gurunya tidak setuju dengan alasan nilai 100 yang diterima oleh siswa bukan nilai yang seharusnya diterima siswa tersebut padahal guru tersebut lah yang memberikan nilai 100 (Duncan, 2002, p. 139). Ketidakadilan ini sering dilaporkan oleh black male students, yaitu bahwa mereka sering diacuhkan oleh teman-teman sekolah, juga guru-guru memperlakukan mereka tidak adil. Ada standar ganda yang mereka terima saat di sekolah dengan perilaku yang diterima siswa kulit putih (Duncan, 2002, p. 135).
Dengan ketidakadilan yang diterima oleh siswa kulit hitam, seperti contoh di atas bahwa ada siswa yang tidak boleh ikut seleksi olimpiade matematika, maka jelas akan memberikan dampak negatif pada perkembangan akademik black male students. Mereka tidak memiliki kesempatan yang sama dalam berkompetisi di bidang akademik. Padahal kompetisi ini lah yang membuat budaya sekolah menjadi baik dalam prestasi akademik (Duncan, 2002, p. 134).
Walau sering mengalami ketidakadilan, tetapi tetap banyak siswa kulit hitam yang bersekolah di CHS karena di CHS siswa kulit hitam mendapatkan kesempatan tak terbatas untuk bergabung dalam tim olahraga. Padahal kenyataannya, sekolah lain memberi batasan dalam bergabung di tim olahraga bagi siswa kulit hitam (Duncan, 2002, p. 137).
Kesimpulan yang dapat diambil dari studi ini adalah siswa laki-laki kulit hitam mengalami pengucilan, bahkan lebih sering dibandingkan siswa perempuan kulit hitam. Siswa pria kulit hitam ini tidak membutuhkan sekedar pidato, tetapi langkah nyata yang peduli akan mereka dan mau membimbing mereka (Duncan, 2002, p. 140).
Reference
Duncan, G. A. (2002). Beyond love: A critical race ethnography of the schooling of adolescent Black males. Equity & excellence in education, 35(2), 131-143.
Comments
Post a Comment